TEMPO Interaktif, Jakarta -Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti cola, kopi, atau teh. Beberapa hari sebelum Ramadan, secara gradual kurangi konsumsi minuman ini. Pengurangan konsumsi kafein secara drastis dan tiba-tiba pada saat puasa dapat mengakibatkan sakit kepala dan perilaku cepat marah.
Biasanya orang yang sakit kepala mengatasinya dengan minum obat sakit kepala. Dokter ahli lambung Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, mengingatkan agar berhati-hati minum obat sakit kepala. "Jika terpaksa minum obat, hanya yang mengandung parasetamol, jangan yang mengandung zat lainnya," ucapnya. Sebab, obat analgesik antipretik pereda demam, menurut dokter yang hari ini memperoleh gelar doktor di bidang pencernaan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, itu, akan mengganggu pencernaan. "Sakit dan demam, jika bisa dihilangkan dengan tidur sekejap, lebih baik tak usah makan obat," ujarnya.
Dokter ahli saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Ahmad Rizal Ganiem, sepakat menghindari obat analgesik (sakit kepala). "Karena obat jenis ini mungkin hanya cepat meringankan rasa sakit, tapi tidak menghilangkan penyebabnya," ujarnya.
Menurut pengajar dan pengurus Persatuan Ahli Gizi Pusat, Ida Ruslita Amir, persiapan menjelang puasa yang bakal dimulai 10 hari ke depan berkaitan dengan pola makan. Menjelang puasa, banyak orang menyangka akan terjadi pola makan yang berubah. Karena itu, tak jarang sebagian orang, karena terjebak pada anggapan ini, menambah asupan makanannya. Padahal sesungguhnya puasa menjadi ajang untuk "mendidik" pencernaan supaya bisa lebih sehat.
Misalnya, menurut Ida, penting bagi setiap orang yang akan berpuasa untuk mulai mengawasi asupan makanannya. Bukan hanya jenisnya, tapi juga kecukupan makronutrien dan mikronutriennya. "Ini penting agar, ketika mulai puasa, tubuh sudah siap. "Lalu menjalankan puasa hanyalah tinggal mengubah jadwal makan," katanya.
Ida termasuk orang yang tidak setuju terhadap seseorang yang memantang satu jenis makanan tertentu saja, kopi misalnya. "Kalau terbiasa minum kopi, ya, tidak apa-apa," kata Ida. Tapi dia setuju untuk mulai mengawasi jumlahnya. "Moderat saja karena kan kita tahu kopi juga punya efek buruk bagi lambung."
Bukan hanya kopi. Ida juga mengingatkan agar kita mulai mengawasi asupan natrium yang terlalu banyak menjelang puasa. Sebab, terlalu banyak natrium juga tak baik untuk tubuh. "Jadi menjelang puasa sebaiknya hindari saja fast food yang tinggi natrium," katanya.
Ida juga mengingatkan tentang pentingnya mengawasi makanan ketika beduk berbuka pada hari pertama puasa mulai ditabuh. "Sering orang salah duga dan terlalu banyak makan manis saat berbuka, seperti makan kolak, es buah, dan lain-lain sebagai hadiah setelah berpuasa untuk menambah energi. "Waspadai hal ini," ujarnya. Selain waktu buka, menurut dokter Ari, waktu sahur kudu diwaspadai. "Salah pola makan sahur menjadi penyebab 60 persen pasien yang datang ke saya di awal puasa," ujarnya.
Dia menambahkan, makan sahur harus diperlakukan seperti sarapan. "Jangan terlalu berat, pedas, apalagi makanan sisa berbuka," ujar dokter Ari. Ahli gastronomi itu menyarankan agar memakan makanan yang fresh saat sahur. "Cukup misalnya makan nasi putih dengan telur ceplok yang baru digoreng."
Selain itu, yang perlu dihindari adalah mengisap rokok. Jika Anda tak dapat berhenti merokok, kurangi secara bertahap dimulai beberapa minggu menjelang Ramadan. Bersiap dan berlatihlah mulai sekarang.
22 Jul, 2011
--
Source: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/07/22/brk,20110722-347772,id.html
No comments:
Post a Comment